Translate

Jumat, 20 Juni 2014

SEDIH

             
       Hari ini aku sangat sedih. Sebenarnya aku pernah mengalami kesedihan dan penderitaan yang panjang dan mendalam. Pertama ketika aku 'putus' dari kekasihku. Saat itu rasanya aku sangat berputus asa, menderita dan sedih tiada tara. Kalau tak ingat dosa, ingin rasanya aku bunuh diri saja. Hubungan yang terjalin 5 tahun kandas tanpa alasan yang jelas,disaat usia sudah waktunya berumah tangga dan sudah lulus kuliah S1. Penderitaan dan kedukaannku baru hilang setelah 16 tahun berlaku, tepatnya sejak 1988 - 2006. Penderitaan yang panjang dan dalam karena kekasihku menggunakan 'ilmu pelet' sehingga tidak mudah menghilangkannya. Akupun tak akan menceritakan bagaimana perasaanku saat itu. Yang jelas, sampai2 aku ingin mencopot kepala, dan meletakkannya supaya aku tidak terus menerus memikirkannya. Itulah dahsyatnya pengaruh pelet, maka Islam mengharamkannya. Aku memilih bersabar.
       Alhamdulillah pada tahun 2006 aku ikut pelihan shalat khusuk dengan tutor Ustadz Abu Sangkan, rasa cinta, rindu, duka, dan putus asa itu hilang dengan sendirinya dan aku mendapat mahabbah Ilahiyah yang sangat indah. Barangkali kekuatan ilmu pelet itu kalah oleh kekuatan mahabbah Ilahiyah yang kudapatkan. 
      Kemudian ketika akau menikah, aku dijodohkan dengan seorang pria yang sangat jauh dari angan dan harapanku. Dia egois, dingin, kaku, sadis dan temperamental. Anak2ku yang paling menderita dalam hal ini karena menjadi korban keburukan watak ayahnya. Akupun hanya bisa bersabar karena bagiku bercerai adalah laknat Alloh dan aib bagi keluarga.
       Lalu saat anak petamaku duduk di bangku SMP, perilakunya menyedihkan, malas sekolah, suka hura2, bahkan bergaul dengan temen2 yang suka melanggar ajaran Islam. Barangkali hal ini disebabkan karena aku yang jarang di rumah, kaena bekerja, penopang ekonomi sebab suamiku pengangguran dari awal menikah sampai saat ini dan kerasnya suamiku dalam 'mengajar/ memukul/ mengoles matanya dengan cabai dll . Sebagai ibu dan muslimah yang tahu ajaran Islam tentu hal ini menjadi kekawatiran dan kesedihan yang luar biasa, kewatir anakku mengikuti jejak temen2nya yang 'tidak tahu Islam'. Saking sedihnya, pernah suatu hari jam 7 pagi aku menangis menderu2 karena khawatir anakku 'sesat' dan menjadi ahli neraka, na'udzubillah. Aku senantiasa berdoa, menasehati tanpa kenal putus asa dan berusaha mendidik anak2ku ke pesantren sejak mereka lulus SD. Akupun tetep bersabar, berdoa dan berusaha. Alhamdulillah saat ini anakku mau terus sekolah dan mengurangi pergaulan dengan anak2 'broken' .
           Tapi pagi ini aku benar2 merasa besedih karena beberapa hal ;
1. Anakku yang pertama sedang sakit karena sekujur tubuhnya luka bakar akibat atraksi santri ( main bola api menjelang khotmil Ihya Ulumiddin )
2. Anak ke 3 ku dinyatakan naik ke kelas 2 SMP dengan bersyarat padahal semua anak2ku sangat cerdas , tapi dipesantren malas sekolah dan sering bolos, seperti anak pertamaku yang pernah seperti itu.
3. Beberapa bulan ini kebutuhanku sangat banyak tapi pemesukannya begitu lambat dan minim.
         Ya Alloh, rasanya kesedihan itu selalu datang padaku dari ketika aku masih kanak2, apakah semua orang juga begitu ? Akankan kesabaranku berbuah manis ? Aku hanya bisa bergumam hasbunalloh wani'mal wakil ni'mal maula wa ni'man nashir, Robbana aatina min ladunka Rohmah wa hayyi' lanaa min amrinaa rosyada, lahaula wa la quwwata illabillahil 'aliyil a'dzim....Ya Azizu Ya Maliku Ya Rohmanu Ya Rohimu Ya Salimu, salimna wal mukminiin....aamiin
                                                                                         Cilacap, sabtu   22 syaban 1435 h
                                                                                                                     21 juni 2014

Tidak ada komentar: