Translate

Rabu, 28 Desember 2016

RAHASIA KEBAHAGIAAN PASUTRI

Sunset, Couple, Lake Constance

          Apa yang saya tulis kali ini adalah hasil dari analisa dan pemikiranku setelah 21 tahun membina rumah tangga. Selama 21 tahun menikah sungguh merupakan beban yang sangat berat bagiku. Ada beberapa faktor penyebabnya, antara lain ;
1. Pernikahanku karena dijodohkan
2. Aku tidak mencintai suamiku
3. Karakter kami sangat berbeda bahkan bisa dikatakan 180 * 
                Namun demikian aku tetap bertahan sebagai istri dan ibu dari anak2ku karena ada beberapa alasan, antara lain ;
1. Alloh SWT sangat membenci perceraian meskipun halal hukumnya
2. Menikah adalah ibadah sesuai hadis Rasululloh SAW
3. Aku berkomitmen bahwa pernikahanku hanya sekali dalam hidupku kecuali karena hal yg sangat emergency
4. Bercerai adalah hal yang tabu kulakukan karena aku seorang Da'i dan Dosen yg harus menjadi teladan umat dan mahasiswa
Jadi,karena alasan di atas, meskipun sangat berat beban yang kutanggung dan aku juga tidak tergantung pada laki2 karena aku perempuan mandiri dan sudah punya penghasilan sejak masih sekolah di bangku SMU, aku tidak bercerai.
             Selama 21 tahun menikah hampir tidak pernah bahagia, karena dalam hatiku begitu hampa dan kosong dari cinta dan karakter kami yang sangat jauh berbeda. Aku perempuan yang mendambakan kasih sayang ruhani, kelembutan, perhatian dan romantisme, tapi suamiku orang yang cuek, apa adanya, dan tdk peduli pada istri dan anak2nya. Aku sangat disiplin, teratur, cinta kebersihan, serius, penyabar, penuh kesabaran dan kesantunan tapi suamiku sebaliknya.....
             Tak dapat kuungkapkan betapa hampa dan menderitanya aku  dalam rumah tangga, meski wajahku selalu berhias senyum dan penampilanku riang, riang seolah tanpa beban dan dipenuhi kebahagiaan. Semua orangpun iri melihat aku dan suamiku, mereka menilai bahwa kami adalah pasangan serasi yang sangat bahagia, ganteng dan cantik, Kyai dan NYai, sama-sama kharismatik, romantis dll....
             Mereka tidak percaya apa yang kukatakan tentang perasaanku yang sebenarnya....
Yang membuat aku kuat adalah karena semua hal ku kembalikan pada Alloh SWT sebagai tempat mengadu dan kesabaranku dalam segala hal. 
            Seperti malam ini dan malam2 sebelumnya, dikeningan malam aku "curhat" padanya....
"Ya, Alloh...kenapa aku tidak bahagia dalam rumah tanggaku ?"
"Apakah suamiku tidak mencintaiku sehingga akupun belum bisa mencintainya sampai saat ini padahal aku sangat mudah terhanyut dan iba pada perhatian dan kasih sayang dari sesama ?"
"Ya , Alloh aku menikah sesuai hadis dan perintahMu, yaitu untuk beribadah dan hanya mementingkan latar belakang agamanya bukan hartanya atau  kedudukannya , tapi kenapa aku tidak bahagia ?" Pertanyaan -pertanyaan ini tidak pernah mendapat jawaban, aku tetap dalam kebingungan dan kekecewaan.
           Sampai akhirnya setelah 21 tahun menikah, malam ini aku kembali merenung dan "berbisik padaNya".
"Ya, Alloh kenapa kau jodohkan aku dengan suami semacam ini ?"
" Suamiku yang sangat bertentangan karakter dan latar belakangnya dariku ?"
"Memang kuakui, aku mendapatkan suami sesuai 2 keinginan intiku , yaitu ;
1. Ganteng
2.'Alim
Bahkan aku juga mendapat 'bonus' dariMu yaitu ; nasab/ keturunanya yang mulia ( katanya kakek suamiku seorang Waliyulloh ). Tapi kami sangat jauh berbeda dalam berbagai hal dan hamba tidak bahagia ....
            Tiba2....
Dalam pikiranku menganalisa.....
"Kenapa semua yang kudapatkan dari suamiku adalah hal2 yang buruk karena begitu banyak kelemahannya ? Dan kenapa suamiku mendapatkan yang baik2  dariku karena hampir semua kebaikan yang dibutuhkan dalam rumah tangga ada padaku ? Betapa beruntungnya suamiku memiliki aku sebagai istri yang sempurna ? Dan betapa sialnya aku mendapatkan berbagai kelemahan dan kesedihan serta kekecewaan darinya ? "Mengapa begitu ya Alloh ? Kenapa tidak Kau jodohkan aku dengan suami yang sesuai keinginanku ?
           Masya Alloh.....
Akhirnya tiba2 pikiranku menjawab semua pertanyaan2 ini dengan sangat singkat, jelas dan sederhana ;
"Nikah adalah ibadah dan media mencari ridho Alloh, pahala, kemuliaan dan kebahagian, namun nikah juga cobaan dan ujian. Sedangkan ibadah intinya ada 2 hal ;
1. Sabar, bagi yang mendapat keburukan dan kesialan
2. Syukur, bagi yang mendapat kabaikan dan keberuntungan
"Kalau begitu dalam rumah tangga kami sebenarnya kami diuji sesuai dengan kesanggupan kami masing2 dengan 2 hal tersebut, yaitu ;
1. Aku diuji dengan kesabaran karena mendapat segala yang tidak menyenangkan dari suamiku
2. Suamiku diuji dengan rasa syukur karena mendapat semua kepuasan dan kebaikan dariku
           Dengan demikian aku dan suamiku bisa bahagia apabila aku terus bersabar dan suamiku terus bersyukur....karena aku dianggap mampu bersabar dan suamiku harus mampu mensyukuri semua yang didapatkan. Meski ternyata sebenarnya suamiku ternyta juga tidak puas dengan semuanya.....
          Alhamdulillah..ya Alloh setelah 21 tahun menikah akhirnya ku temukan jawaban dari pertanyaanku, yang mungkin juga pertanyaan dari banyak Pasangan Suami Istri ( PASUTRI). Aku menyimpulkan bahwa ;
Kebahagian dan kelanggengan pasangan suami istri secara garis besar dapat diwujudkan dengan 2 hal : 
1. Sabar
2. Syukur
Yang secara luasnya atau perinciannya  bisa melalui berbagai sikap seperti ; perhatian, penghormatan, kasih sayang, komunikasi dll.
             Bagi suami atau istri yang mendapati pasangannya penuh kekurangan hendaklah bersabar selalu dan bagi pasangan suami / istri yang mendapatkan kepuasan dan kebahagiaan / kebaikan2 dari pasangannya harus bersyukur karena tidak semua orang seberuntung anda ! 
        Bahkan kalau boleh memilih, aku akan memilih menjadi pasangan yang diuji dengan rasa syukur karena kemudahan dan kebahagiaan yang didapatkan dalam berumah tangga. Tapi karena ujianku sudah ditentukan harus brsabar, maka hamba memohon padaMu ya Alloh...berilah kesabaran sampai akhir hayatku sehingga hidupku penuh berkah dan ridhoMu bukan murka dan siksaMu di dunia ini maupun di alam sana kelak, Amiin.
                                                                                Cilacap, Kamis pon 29 Desember 2016
                                                                                                                 29 Robiul awal 1438 H