Translate

Sabtu, 02 Agustus 2014

DINASTY PERGURUAN TINGGI




           Tulisan ini akan memaparkan fakta tentang Institut Agama Islam Imam Ghazali ( IAIIG ) Cilacap, sejak aku menjadi Dosen di sana. Sabtu 17 April 1993 aku wisuda sarjana S1 Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. Aku langsung ditawari untuk menjadi PNS Departemen Agama Cilacap, sebagai Penyuluh Agama Islam sampai 3x berturut ( 3 tahun penjaringan PNS ).Tetapi aku menolak karena anak pertama dari KH Chasbulloh Badawi, BA mengatakan bahwa PNS haram sebab uang gaji PNS didapatkan dari pajak minuman keras, Lokalisasi PSK dll, maka aku mengikuti pendapatnya yang waktu itu sudah 5 tahun menjalin hubungan denganku dengan janji menjadi pasangan hidup ( suami-istri ).
            Karena kualitas SDM ku yang sudah diketahui dan teruji di bangku pendidikan, organisasi dan masyarakat maka aku juga mendapat berbagai tawaran kerja, antara lain dari PT Asuransi memmintaku menjadi konsultan di kantornya. Bukan hanya itu Institut Agama Islam Imam Ghazali ( IAIIG ) Cilacap yang berdiri tahun 1989 juga memnitaku untuk menjadi Dosen di sana, Lutfil Hakim anak pertama Ketua Dewan Masyayih Yayasan BAKII yang telah menjalin hubungan 5 tahun denganku yang datang sendiri ke rumahku. Aku diminta untuk membantu berjuang di sana.
            Dari berbagai tawaran pekerjaan tersebut aku hanya menerima IAIIG dengan pertimbangan ;
1. Di IAIIG aku berniat ibadah jihad fi sabilillah ikut dalam kegiatan Penyebaran ajaran Islam
2. Aku juga bisa mengembangkan ghiroh ilmiah Islamiyahku di sana
3. Memanfaatkan ijazahkku, bukti legal formal kalau aku kuliah sehingga ijazahku bermanfaat bukan menjadi
    kertas tak berarti
           Aku menolak semua tawaran kerja bukan berarti aku pemalas, tidak mau bekerja, tetapi aku berniat jihad fi sabilillah yang lebih bermanfaat dan bebas dari 'kekotoran dunia'. Tepatnya aku mendirikan lembaga Syiar Islam yaitu Taman Pendikan al-Qur'an ( TPQ ), Madrasah Diniyah ( MADIN ) dan Pondok Pesantren. Aku juga sudah menjadi Da'i sejak remaja ( masih kelas 2 SMU ). Semua itu kupilih menjadi jalan hidupku sampai akhir hayatku.
           Aku menjadi Dosen IAIIG sejak  masih gadis , 27 oktober 1993. Tanpa lamaran karena permintaan dari lembaga dan langsung mendapat SK mengajar, bahkan beberapa tahun kemudian aku juga di tawari menjadi Pembantu Dekan sampai Dekan di Fakultas Dakwah, aku juga menolaknya  karena waktu itu aku berpikir jabatan tersebut adalah jabatan yang sangat tinggi. Dekan di sebuah perguruan Tinggi pasti harus orang yang mumpuni lahir batin, ilmu dan kemampuan manajemen serta hubungan dengan lembaga2 terkait. Aku merasa terlalu tingggi bila menduduki jabatan tersebut.
           IAIIG terus berkembang makin luas karena membuka cabang di berbagai kota kecamatan dan kota2 lain di sekitar kabupaten Cilacap, seperti Banyumas dan Kebumen. Dalam 1 tahun ajaran baru bisa memiliki 1000 mahasiswa dengan kalkulasi 100 mahasiswa per cabang lembaga. Sayang pada tahun 2008 semua cabang ditutup dengan alasan keungan tidak masuk administrasi kampus pusat karena di korupsi para pengelola daerah. Entah benar atau tidak yang jelas ini adalah awal dari penurunan jumlah mahasiswa yang sangat drastis. Tahun itu mahasiswa hanya mencapai 200 orang. 
         Sampai akhirnya pada tahun 2006 ada peraturan pemerintah yang mensyaratkan harus S2 bila menjadi Dosen S1. Awalnya aku tidak peduli, aku akan mengundurkan diri, toh Dosen bukan hal yang penting bagiku, yang terpenting adalah Dakwah Islam  melalui lembaga yang kudirikan dengan ayahku dan menjadi Da'i panggung menyiarkan serta menyampaikan ajaran Islam di masyarakat luas. Tetapi mantan mahasiswaku memancing aku untuk kuliah lagi dan kebetulan ada brosur S2 UIN Sunan Kalijaga kelas jauh di STAIN Purwokerto yang dekat dengan tempat tinggalku.
             Akhirnya aku yang sudah memiliki 3 anak kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta karena terbit peraturan pemerintah yang melarang membuka kelas jauh. Aku lulus tepat waktu, hanya 2 tahun kulaih, tahun 2008 sudah lulus S2 dengan biaya mandiri karena tidak mendapat rekomendasi beasiswa dari Rektor padahal semua Dosen di IAIIG kulaih S2 beasiswa rekomendasi rektor.
           Awal Tahun 2009 terjadi perubahan besar di IAIIG Cilacap. Setelah semua cabang kelas jauh ditutup, Dekan Fakultas Dakwah diberhentikan karena tersangkut masalah keuangan. Benar atau tidak saya tidak tahu. Untuk mengganti posisi Dekan maka diangkatlah Pembantu Dekan sebagai penggantinya. Dan aku diangkat menjadi Pembantu Dekan untuk mengganti kedudukannya. 
              Aku yang baru lulus kuliah S2 Prodi Pendidikan Islam jurusan Manajemen dan Kebijakan Islam diangkat juga menjadi Kordinator bidang Pengarsipan di LPMA. Dalam rapat pertama di rumah PUREK II aku mengusulkan perbaikan manajemen untuk kemajuan IAIIG, yaitu ;
1. Harus ada rolling jabatan struktural
2. Perlu adanya peraturan akademik yang mengatur semua kegiatan dan jobdisc dari mulai Rektor sd OB 
3. Tranparansi keuangan
4. Meningkatkan colaboration dengan pihak2 terkait untuk pengembangan lembaga
5. Selalu mengacu aturan diatasnya untuk pedoman kerja
6. Perbaikan administrasi dan arsip
7. Selalu meningkatkan kualitas SDM dan SDA
dll lengkap untuk setiap unsur perbaikan dan kemajuan. Alhamdulillah usul ku diterima dan benar2 perbaikan total di IAIIG.
              Lima tahun berjalan benar2 IAIIG sangat berubah dari manajemen Dinasty yang asal2an menjadi manajemen profesi yang tertata meskipun masih banyak kekurangan, seperti rekrutmen SDM diadakan seleksi tetapi tetap saja yang diterima adalah yang ada hubungan keluarga dengan Yayasan  BAKII. Juga pergantian pejabat akademik tidak berdasar kaidah profesi dan promosi jabatan melainkan hanya diberhentikan dan diangkat sepihak oleh pengurus Yayasan. Meski demikian aku merasa gembira dengan harapan IAIIG akan menjadi Perguruan Tinggi yang makin berkualitas sebagai lembaga dakwah profesi.
             Ternyata dugaan dan harapanku meleset jauh. Tepat di tahun ke lima ini, IAIIG kembali ke masa lalu. Manajemen Tradisional kultural karismatik, tidak berdasar aturan, dijalankan seenaknya, karena atas petunjuk Kyai / Pengasuh dan yang masih kerabat yang menjabat. Tepat dengan turunnya SK Universitas Nahdhlatul Ulama ( UNUGHA ) terjadi perombakana struktural yang revolusioner. Semua Pejabat struktural yang bukan keluarga Yayasan diberhentikan tanpa alasan dan mengangkat keluarga Yayasan untuk menggantinya, meskipun tidak rasional. Mereka yang tidak tahu sama sekali tentang manajemen Perguran Tinggi dengan ijazah yang sangat rendah hanya S1 diangkat sebagai Ketua Prodi ( Ka.Prodi ) padahal SDM yang lebih berkompeten dan berkualitas serta sudah puluhan tahun mengabdi dengan titel S2 diabaikan, tidak manusiawi. Sungguh kenyataan yang menyedihkan dan melanggar etika profesi.
        Sorak sore penuh bahagia anggota keluarga Yayasan karena lahirnya UNUGHA dan diangkatnya menjadi pejabat struktural diiringi dengan perasaan berbagai pejabat yang diberhentikan. Ada yang kecewa, kaget, sedih dan bingung karena selama ini mengantungkan hidup di sana. Perasaanku sendiri sangat bahagia dan plooong karena merasa terbebas dari Kolusi, korupsi dan Nepotisme yang terjadi dalam lembaga. Disamping juga ada perasaan aneh di dada dan pertanyaan..." koq bisa, ya....perguruan tinggi di manaj menjadi Dinasty ?" Bagaimana dengan masa depan UNUGHA kelak ? Apakah kemajuan atau keterpurukan ? Gedungnya saja yang megah tapi kualitas rendah bagai sangkar emas tanpa burung atau kerajaan tanpa rakyat ? Atau akan berkembang pesat dan bagus sesuai harapan para donatur, tokoh agama dan masyarakat, serta umat ? Entahlah.....kita lihat saja kenyataan selanjutnya.
Cilacap, minggu pahing 03 agustus 2014/ 07 syawal 1435 H

Tidak ada komentar: