Translate

Sabtu, 11 April 2020

Rahmat

    Ada 2 rahmat dalam tulisan ini, Rahmat Alloh swt yang tercurah untukku dan M Rahmatul Azhar putra ke 3 ku.
     Ini kebetulan atau facta, aku tidak tahu, yang jelas ini adalah peristiwa nyata yang kualami.
        Dari awal kehamilan putra ke 3 ku sungguh berbeda dari 3 anakku yang lain. Hamil Anak ke 3, aku tidak ngidam/ menginginkan hal2 yang aneh/ menyusahkan, ketika lahirpun sangat mudah, lancar dan tdk sakit karena hanya 10 menit di Bidan, langsung lahir. Sesudah lahir hingga ajal datang, tidak pernah merepotkan/ sakit yang harus dirawat. Bahkan dari lahir aku mengalami perasaan aneh saat memeluk/ menimangnya, hatiku terasa nyaman, indah, syahdu, penuh cinta kasih sayang yang langsung menjadi rasa " mahabbah Ilahiyah".
      Sayangnya seiring waktu, aku lupa pada " keistimewaan2 & keajaiban2 yang kurasakan, karena dia makin besar, dan akupun tdk lagi menimang, mencium dan memeluknya seperti waktu bayi, hingga akupun memperlakukan sama dengan perlakuanku pada 3 anak2ku yang lain. Bahkan lebih keras dan disiplin karena dia anaknya lebih sabar dan penurut, jadi aku tdk segan2 mengekspresikan perasaanku padanya, aku begitu care menumpahkan segalanya ; marah, serius, cerewet padanya, berbeda dengan sikapku pada 2 kakaknya, aku lebih hati2 dan menahan diri, karena 2 kakaknya mudah tersinggung dan marah.
      Aku menyadari kembali kalau dia berbeda dengan kakaknya, setelah dia tiada....
Sebelum wafat, rumahku semerbak wangi harum menyengat hingga 2 minggu...dia juga husnul khotimah dengan mengucap kalimah thoyyibah dan sepulang sholawatan.
     Yang lebih ajaib lagi, setelah dia meningal tetanggaku beruntun meninggal...
Lalu aku menjadi paranoid, tiap hari merasa cemas, sedih, khawatir,bingung karena kehilangan dia secara mendadak dan kecelakaan. Masya Alloh...seminggu kemudian tersiar wabah covid 19 melanda dunia...th baru 2020 aku bersedih dan kawatir karena duka kehilangan dia, duniapun akhirnya merasakan hal yg sama karena ada pandemi covid 19. Dua bulan kemudian, aku tidak pernah keluar rumah karena selalu bersedih bila keluar rumah, tetangga dan teman yang tak suka menggunjingku, ternyata seminggu kemudian....
Ada peraturan pemerintah tentang "pembatasan kegiatan di luar rumah", hingga arisan, jumatan, Ujian Nasional, pengajianpun ditiadakan, semua harus dari rumah, bahkan sekolah, bekerja, kuliah semua dari rumah/ online, hingga sedunia tidak boleh keluar rumah, termasuk orang yang menggunjingku tidak keluar rumah hingga sekarang sudah satu bulan...
Lalu tiba2 anak ke 2 ku minta nikah, karena aku masih berkabung maka aku cuma syukuran kecil, tidak resepsi dan resepsi hanya di pihak pengantin perempuan. Lagi2 tetanggaku menggunjingku, yg tdk menggelar resepsi, membuliy dengan kata"koq, diam2,nikahnya"...
Sungguh ajib lagi....
Seminggu kemudian ada peraturan nikah tidak boleh menggelar resepsi, bahkan saat ini semua pendaftaran nikah dipending untuk 3 bulan ke depan.
    Subhaanalloh...aku tak pernah protes, apalagi melawan dan dendam apa kata dunia, aku cuma diam dan menerima semuanya, tapi sekarang ternyata dunia juga mengalami yang kualami.....
      Yang ajib lagi, sebelum meninggal putraku M Rahmatul. A juga membeli beberapa masker, aku bertanya, buat apa beli masker banyak2...dia cuma diam...lalu aku mendesak tanya lagi, baru dia jawab, "ya buat dipakai..." 
Ternyata setelah 3 bulan dia wafat, semua wajib pakai masker karena korona. 
    Lalu 2 bulan lalu aku bilang pada keluargaku aku tidak akan mudik, aku juga bingung, kalau ramadhan tiba, aku tidak traweh di masjid pasti dibuliy tetangga karena aku tokoh Agama di sana, kalau traweh di masjid aku kewatir sedih diketahui banyak orang karena masih teringat putraku yang wafat, aku juga sedih membayangkan sholat ied besok aku pasti sedih karena ingat putraku. Subhanalloh.....
Ternyata sekarang diumumkan tidak boleh traweh, sholat ied berjamaah/ di masjid dan tidak boleh mudik.
Bahkan sebelum meninggal dia meninggalkan uang yg sangat banyak, yang hingga kini digunakan untuk berbagai kebutuhan keluarga : menikah 2 kakaknya, beli alat2 komunikasi, kendaraan dan pengeluaran rumah tangga dari dia wafat hingga  sekarang, disaat orang lain bingung menopang kebutuhan rumah tangga karena ekonomi tidak stabil akibat korona, putra ke 3 ku  wafat dengan mencukupi keluarganya. Tapi aku ibu yang bodoh dan dholim, tidak tahu memiliki anak "Waliyulloh yang menjadi rahmat terindah....
Mungkin karena itulah sekarang aku menderita, kehilangan dia....
Atau aku juga Waliyulloh ? Karena semua yang kurasa ternyata terjadi juga pada yang lainnya.
      Tidak penting siapa aku dan putraku , tapi aku merasa bersyukur kepada Alloh swt, yang telah melindungiku dari keramaian dan kesedihan berkumpul dengan banyak orang...
     Kini kesukaanku : tinggal di rumah, munajat, mendengar lantunan ayat2 suci alQur'an dan tausiyah online....
    Subhanallohi wal hamdulillahi wa laa Ilaaha illallohu Allohu Akbar wa Huwal hayyul qoyyum 'adada kholqihi wa ' ala kulli haalin. Sedih, duka, gundahku kupasrahkan pada Mu....

Tidak ada komentar: