Translate

Sabtu, 08 November 2014

Kerinduanku: METAMORPHOSIS

Kerinduanku: METAMORPHOSIS

METAMORPHOSIS


        Tahap-tahap perubahan kepribadian dalam hidupku sungguh sangat fluktuatif dari masa balita sampai saat ini. Aku lahir di desa pedalaman di tengah hutan jati dan karet budi daya pemerintah, tepatnya grumbul Bojong desa Kubangkangkung Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap. Desa terpencil dan tertinggal dengan penduduk terbatas dan budaya ortodok. 
          Kehidupan masyarakat yang masih jauh dari religiustas dan etika. Mayoritas buruh perkebunan karet dan serabutan, buruh tani, tukang kayu dan pedagang rumahan. Mereka hanya hidup berkeluarga, bertetangga, dan bersosalisasi, tanpa idealisme dan keinginan untuk meningkatkan diri. Bahkan dalam hidup bermasyarakat masih sangat sering terjadi perselingkuhan di lingkungan rumah tangga. Apabila menyukai wanita/ laki2 lain mereka langsung selingkuh meski sama2 sudah memiliki istri/ suami. 
         Mereka juga berburu binatang di hutan untuk konsumsi sehari2 dan di jual belikan. Termasuk babi hutan  anjing, dan codot yang mereka makan sehari2. Pada tahun 1969 masa itu memang masih sangat  terbelakang karena belum ada Ulama maupun tempat ibadah di desa itu.
       Aku di besarkan dengan kemandirian yang luar biasa. Ayahku sibuk kerja mencari nafkah dengan menjadi tukang kayu dan pegewai Dinas Pekerjaan Umum ( DPU ), sementara ibuku sibuk dengan pekerjaan rumah tangganya sehingga tidak begitu perhatiian pada anak2nya. Alhamdulillah dengan keadaan yang demikian justru membuat  aku tumbuh menjadi anak yang mandiri.
       Aku manjadi pribadi yang mandiri sejak balita, saat usiaku 2 tahun sudah sering di suruh membantu ayah mengambilkan alat tukang dan membantu ibu menyiapkan peralatan makan dan pakaian. Maka aku juga tumbuh menjadi pribadi yang ulet dan suka bekerja keras. Saat usiaku baru 5 tahun aku sudah dititipkan ke nenek berpisah dari orangtua sampai kelas 2 SD. Saat itu 2 orang sepupuku juga ikut nenek. Mereka 4 dan 6 tahun lebih tua dariku. Mereka merasa cemburu dengan kehadiranku yang lebih muda, karena kewatir nenekku lebih sayang padaku sehingga mereka tiap hari menyakitiku, terutama sepupu perempuanku.  Alhamdulillah dari kejadian2 yang menimpaku membuatku tumbuh menjadi pribadi yang tabah dan suka mengalah.
         Aku juga lahir sebagai anak sulung yang sering disuruh mengalah dan 'ngemong ' pada adik2ku. Aku dipadati dengan berbagai kegiatan dari bangun pagi langsung 'momong' adik, lalu sholat subuh , membantu ibu memasak, lalu berangkat sekolah, pulang sekolah 'momong ' lagi Saat aku duduk dibangku SD sampai SMU aku adalah pribadi yang pendiam, pemaaf, sabar, ulet, suka mengalah, dan senantiasa positif thinking dalam semua kejadian, termasuk perilaku buruk orang lain kepadaku kutanggapi dan kupandang dari sisi baiknya.
      Tetapi sungguh hal yang tak terduga, saat mulai duduk di bangku kuliah S1,aku dikenali dan diapacari oleh seorang anak ulama di kotaku yang kebetulan satu kampus, sejak itulah awal kesialan dan keburukanku. Dia mengagumiku karena sejak OSPEK tampak berbagai kelebihan yang kutunjukan pada Panitia melalui berbagai kompetensi yang kumiliki termasuk kompetensi Ajaran Islam yang kupunya.
        Diapun mengirim surat via teman laki2nya, yang intinya minta aku menjadi teman dekatnya, singkat cerita aku 'berpacaran' dengannya. Awal pacaran tampak serius karena baru 1 minggu berkenalan, dia alngsung mau melamarku, tapi aku menolak karena aku merasa'aneh' , masa baru 1 minggu kenalan mau melamar....bukankah dia belum tahu 'siapa aku' ? Aku menolak dengan memaparkan alasan ; aku tdk cocok unutknya, aku tidak cantik, aku bodoh/ bukan ahli agama, aku juga bukan hafidhoh, aku anak orang miskin, PNS rendahan dan lain2.
        Akhirnya kami berpacaran sampai aku wisuda sarjana S1 dan tidak ada lamaran apapun karena tiap kali aku mau dilamar aku selalu mengingatkannya untuk mendapatkan peempuan yang lebih baik dariku, cantik, anak ulama, hafidhoh dan kaya untuk membantu kelancaran jihadnya. Akupun diminta menjadi Dosen di PT milik Yayasan pimpinan ayahnya. Setelah 2 tahun aku menjadi Dosen di sana, dia baru wisuda dari S1, berarti kami berpacaran 7 tahun. Saat itu,dia menagtakan mau menempuh hidup baru, ingin berumah tangga , maka akupun mempersilahkan dia menikah dengan pilihan orangtuanya.Satu  tahun pernikahanya, akupun menikah dengan pemuda pilihan orangtuaku yang kusetujui karena keturunan, ilmu dan ketampanannya. Maka kamipun hidup dengan rumah tangga masing2. Tetapi yang kusesali bukan perpisahan melainkan semua keburukan akibat berpacaran dengannya  yaitu ;
1. Aku diajarai sifat buruk, seperti ; manusia itu lebih kejam dari Alloh SWT
2. Manusia itu tidak ada yang dapat dipercaya, maka aku harus selalu curiga pada manusia, baik dia berbuat baik padaku apalagi yang sudah jelas dia jahat
3. Dia juga sangat rendah diri, pesimis dan membanggakan diri/ keturunannya/ sombong dan pemurung
4. Aku tidak boleh bersikap terbuka/ jujur pada semua hal karena merugikan katanya
Dan lain2sifat buruk yang diajarkan padaku, aku tidak setuju dan menolak, tetapi tanpa terasa akupun 'tertular' sifat dan ajarannya. Selama aku berpacaran dengannya aku berbalik menjadi wanita pemurung, rendah diri, selalu curiga pada setiap orang, selalu gelisah, bingung dll.
        Dan yang lebih aneh lagi aku merasa bahwa 'cintaku bukan cinta wajar' melainkan karena pengaruh pelet darinya. Hal ini ada beberapa indikator yang kuanalisa ;
1. Surat pemberiannya dibubuhi 'sesuatu' berwarna putih kekuningan seperti lendir yang waktu itu kucium karena ingin memastikan benda apa yang menempel disurat cintanya. Yang sekarang kutahu ternyata ada ilmu pelet yang paling dahsyat yaitu dengan air mani.
2. Dia juga pernah bicara tentang macam2 'ilmu pelet' 
3. Suatu saat aku bermimpi 'berhubungan intim dengan seoang laki2 yang cuma beberapa menit' lalu terbangun, tetapi setelah bangun seperti telah benar2 melakukannya, dan pagi harinya saat aku ketemu di kampus dengannya dia tanya padaku' mimpi apa kamu tadi malam ? sambil tersenyum2 menggoda, padahal selama berpacaran tidak pernah bertanya tentang mimpiku. Belakangan aku juga tahu ternyata pelet bisa dilakukan dengan hadir/ masuk dalam dunia mimpi sasarannya.
4. Otak dan pikiranku selalu teringat dan terbanyang dirinya tanpa sedetikpun kosong dari hal itu kecuali bila sedang tidur, padahal aku tak menginginkanya, sampai2 aku ingin melepas dan meletakkan kepalaku seandainya kepalaku bisa kulepas seperti kepala boneka, karena benar2 terganggu hal tsb. Benar2 menyiksaku sampai2 aku berpikir, kalau aku bukan orang muslimah dan beriman aku ingin bunuh diri untuk menghilangkan rasa tersiksa tsb. Alhamdulillah aku tidak melakukannya.
5. Dari mulai kenalan sampai aku berumah tangga dengan orang lain dan memiliki 3 orang anak  dan mengikuti pelatihan shalat khusuk oleh Ustadz Abu Sangkan tepatnya sejak 1988- 2006, kondisi ini baru hilang dengan sendirinya ketika selesai pelatihan shalat khusuk. Benar2  waktu yang sangat lama 18 tahun tersiksa karena pelet trsebut. Rasa ini tidak bisa hilang dengan riyadhoh2  yang kulakukan, melainkan hilang dengan sendirinya karena aku memiliki ilmu makrifat tsb.
        Tahun 1993 sampai saat ini 21 tahun sudah aku mengabdi di PT yayasan pimpinan ayahnya, aku selalu mendapat perlakuan yang tidak adil sejak tidak jadi menikah dengannya, karena aku tidak jadi bagian keluarganya, padahal hatiku begitu tulus, tidak dendam sedikitpun pada perlakuannya yang menikah lebih dulu dariku setelah memutuskan hubungan .
       Aku selalu dihina, bahkan serdoskupun dipending, dan pada tahun ke 21 ini aku dianggap tidak penting lagi menduduki posisi/ jabatan struktural dan mereka malah mengangkat dan menempatkan keluraga sedarah yang kompetensinya diragukan. 
       Alhamdulillah perlakuan mereka yang dhzalim dan tidak adil ini membuat aku sadar bahwa 'aku harus kembali pada diriku yang asli' . Aku tidak mau terpengaruh sifat dan sikap buruk dari siapapun termasuk darinya dan keluarganya. Maka mulai tahun ini aku begitu tenang, bahagia dan kembali pada sifat asliku yaitu ; pribadi yang penuh percaya diri optimis, baik hati, selalu husnudhon, ikhlas, tawadhu', wirai, qonaah, empati, pemaf dan lain2. Aku tidak mau lagi terbawa arus keburukan dan kesialan dari siapapun. Tahun baru hijriyah, akupun hijrah pada kebaikan,dengan pertolonganMu ya Alloh, aamiin
Cilacap, Ahad pahing 16 muharam 1435 H
                                    09 November 2014